Sekomandi adalah salah satu motif tenun ikat tertua di Indonesia, kain ini merupakan tenun khas daerah Rongkong dan Kalumpang. Sekomandi berasal dari dua kata, yaitu “Seko” yang berarti persaudaraan atau kekeluargaan atau rumpun keluarga, dan “Mandi'” yang berarti kuat atau dekat. Sehingga sekomandi dapat diartikan sebagai “ikatan persaudaraan atau kekerabatan yang kuat dan erat”.
Berdasarkan data yang diperoleh dari tuturan, cerita/legenda salah satu penenun yang masih melakukan dan melestarikan Tenun Sekomandi di Kalumpang, menyebutkan bahwa Sekomandi pada awalnya ditemukan oleh nenek moyang masyarakat Kalumpang dari Dusun Lebani bernama “Undai Kasalle” yang sedang berburu di hutan. Saat berburu di hutan, anjing Undai Kasalle berhenti di mulut sebuah gua dan lalu anjing tersebut berlari ke dalam gua. Melihat hal tersebut, Undai Kasalle masuk ke dalam gua dan menemukan sehelai daun besar yang sekilas terlihat seperti ular besar dengan motif yang aneh. Kemudian daun itu dibawa pulang dan ditunjukkan kepada istrinya, segera istrinya jatuh pingsan dan jatuh kesurupan. Dalam keadaan tidak sadarkan diri itu, istri Undai Kasalle ini mendapat “Inspirasi” tentang cara membuat Tenun Sekomandi. Setelah bangun, istri Undai Kasalle mulai melakukan apa yang dia inspirasikan untuk dilakukannya, dia mulai memintal benang dari kapas kemudian membuat pewarna dari campuran beberapa jenis tanaman, kemudian merendam benang dalam pewarna selama beberapa hari. Kejadian kesurupan ini berulang beberapa kali hingga terciptalah Tenun Sekomandi.
Sekomandi masih dibuat secara tradisional oleh pengrajin dengan menggunakan benang pintal dari kapas dan pewarna alami dari campuran bahan seperti kemiri, akar mengkudu, daun tarum, lengkuas, kunyit, kapur sirih, pinang, abu dari kayu pallin dan beberapa bahan lainnya. Ciri khas dari pewarna yang digunakan adalah cabai, sehingga dalam pembuatan pewarna hingga kain yang dihasilkan masih terasa hangat dari cabai tersebut.
Proses pembuatan kain tenun Sekomandi terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
- Proses Pemintalan Benang
Proses ini diawali dengan membersihkan kapas dari biji dan kotoran yang menempel, kemudian dipintal hingga membentuk untaian benang yang halus dan bersih. - Proses Pencelupan Dasar Benang
Setelah kapas dipintal menjadi benang, benang tersebut kemudian dicelup ke dalam pewarna selama beberapa hari dan kemudian benang diregangkan. Proses pewarnaan ini memakan waktu kurang lebih satu bulan sampai didapatkan warna yang diinginkan. - Proses Mengikat
Setelah diperoleh benang berwarna, benang tersebut kemudian diikat menjadi kelompok-kelompok yang masing-masing berjumlah sekitar 10 (sepuluh) helai benang. Kemudian benang mulai dibentuk sesuai pola atau motif yang diinginkan dengan menggunakan teknik penjilidan benang pada alat yang disebut “Kaliuran” yang terbuat dari kayu atau bambu. Fungsi Kaliuran adalah untuk menahan benang pada saat mengikat agar benang tetap rapi setelah diikat sesuai dengan motif atau pola kain. - Proses Mewarnai Motif
Setelah proses pembuatan motif dengan metode ikat (diikat), selanjutnya dilakukan proses pencelupan benang menjadi pewarna alami. Proses pewarnaan ini memakan waktu kurang lebih beberapa hari sampai didapatkan warna yang diinginkan. - Proses menenun
Menenun merupakan proses terakhir dari pembuatan kain tenun sekomandi, dimana setelah benang diikat dan membentuk suatu motif, barulah benang ditenun untuk membentuk kain sekomandi. Proses menenun ini bisa memakan waktu beberapa minggu bahkan berbulan, tergantung tingkat kesulitan dan lebar kain yang diinginkan.
Source:
http://ivantandeanpaewa.blogspot.com/2016/08/tenun-ikat-sekomandi_74.html